Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakanpenyakit yang rawan diderita oleh siapa saja, apalagi mereka yang mempunyaikolesterol tinggi. Biasanya menjangkit pada pasien berusia 50 tahun ke atas.
PJK bisa mengakibatkan terjadinya PenyumbatanTotal Kronis (Chronic Total Occlusion). Untuk mengatasi hal itu, di Indonesiasaat ini sudah tersedia teknik PCI atau Precutaneous Coronary Intervention yangsudah dilatih pada 30 dokter jantung di nusantara.
Chronic Total Occlusion adalah keadaan di manasalah satu pembuluh darah koroner mengalami sumbatan yang bersifat kronik.Angka kejadian CTO ini sekitar 20 - 30% dari seluruh pasien yang dilakukankateterisasi jantung koroner. Karena sifatnya kronik, bagian pembuluh darahyang tersumbat umumnya sudah mengeras atau bahkan mengalami pengapuran. Untukmembuka sumbatan, pasien CTO biasanya harus melakukan operasi baypass yangberisiko.
Menurut dokter ahli jantung, DR. dr. MuhammadMunawar, SpJP (K), tindakan PCI pada kasus CTO adalah untuk membuka sumbatankoroner jantung. Meskipun sulit, angka keberhasilan teknik ini mencapai 80%.
"Walau tindakan PCI ini lebih sulit danbelum umum, namun penerapannya pada pasien, teknik ini terbukti memilikitingkat keberhasilan 85%. Selain lebih aman, pasien hanya butuh 1 - 2 hari sajamasa penyembuhan," ujarnya saat memberikan presentasi di RS JantungBinawaluya, Jakarta Timur.
Teknik PCI menggunakan prosedur balonisasi danpemasangan stent. "Setelah lesi (plak koroner) berhasil ditembus dandibuka dengan menggunakan ballon, kemudian pembuluh darah disanggah dengan menggunakan stent," jelasnya.
Stent jantung adalah sebuah alat kecilberbentuk silinder berjaring. Munawar juga menjelaskan bahwa pemasangan kawatstent ini 10x lipat lebih aman dan bisa digunakan seumur hidup karena zat yangterkandung di dalamnya dalam 2 tahun bisa diserap tubuh.
"Ketebalan stent 81 mikron, sangat tipisnamun kuat dan fleksibel. Stent bisa dipakai seumur hidup. Obat yang terkandungdi dalam stent itu bisa diserap tubuh dan mencegah terjadinya penyempitankembali," ungkapnya.
Teknik PCI ini juga bukan tidak adakomplikasi. Menurut Munawar ada beberapa komplikasi yang bisa terjadi, namunsangat jarang dan hampir tidak pernah.
"Komplikasinya pasien bisa meninggal jikakawatnya menembus pembuluh darah, atau ballon memecahkan pembuluh darah karenadinding pembuluh darah tiap orang berbeda. Namun itu semua hampir tidak adaasal pasien juga rajin meminum obat yang disarankan oleh dokternya," jelasnya.